selamat datang

Rabu, 19 Juni 2013

Pasar Bringharjo

Pintu masuk pasar
Kata seseorang yang jualan di pasar Beringharjo,
Wilayah Pasar Beringharjo mulanya merupakan hutan beringin.
Tak lama setelah berdirinya Kraton Ngayogyakarta
Hadiningrat, tepatnya tahun 1758, wilayah pasar ini dijadikan
tempat transaksi ekonomi oleh warga Yogyakarta dan
sekitarnya. 

Ratusan tahun kemudian, pada tahun 1925,
barulah tempat transaksi ekonomi ini memiliki sebuah bangunan
permanen. Nama 'Beringharjo' sendiri diberikan oleh Hamengku
Buwono IX, artinya wilayah yang semula pohon beringin
(bering) diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo).
Kini, para wisatawan memaknai pasar ini sebagai tempat
belanja yang menyenangkan.
Bagian depan dan belakang bangunan pasar sebelah barat
merupakan tempat yang tepat untuk memanjakan lidah
dengan jajanan pasar. Di sebelah utara bagian depan, dapat
dijumpai brem bulat dengan tekstur lebih lembut dari brem
Madiun dan krasikan (semacam dodol dari tepung beras, gula
jawa, dan hancuran wijen). Di sebelah selatan, dapat ditemui
bakpia isi kacang hijau yang biasa dijual masih hangat dan kue
basah seperti hung kwe dan nagasari. Sementara bagian
belakang umumnya menjual panganan yang tahan lama seperti
ting-ting yang terbuat dari karamel yang dicampur kacang.
Bila hendak membeli batik, Beringharjo adalah tempat terbaik
karena koleksi batiknya lengkap. Mulai batik kain maupun sudah
jadi pakaian, bahan katun hingga sutra, dan harga puluhan ribu
sampai hampir sejuta tersedia di pasar ini. Koleksi batik kain
dijumpai di los pasar bagian barat sebelah utara. Sementara
koleksi pakaian batik dijumpai hampir di seluruh pasar bagian
barat. Selain pakaian batik, los pasar bagian barat juga
menawarkan baju surjan, blangkon, dan sarung tenun maupun
batik. Sandal dan tas yang dijual dengan harga miring dapat
dijumpai di sekitar eskalator pasar bagian barat.
Berjalan ke lantai dua pasar bagian timur, jangan heran bila
mencium aroma jejamuan. Tempat itu merupakan pusat
penjualan bahan dasar jamu Jawa dan rempah-rempah.
Bahan jamu yang dijual misalnya kunyit yang biasa dipakai
untuk membuat kunyit asam dan temulawak yang dipakai untuk
membuat jamu terkenal sangat pahit. Rempah-rempah yang
ditawarkan adalah jahe (biasa diolah menjadi minuman ronde
ataupun hanya dibakar, direbus dan dicampur gula batu) dan
kayu (dipakai untuk memperkaya citarasa minuman seperti
wedang jahe, kopi, teh dan kadang digunakan sebagai
pengganti bubuk coklat pada cappucino).
Hiruk-pikuk dalam pasar

Pasar ini juga tempat yang tepat untuk berburu barang antik.
Sentra penjualan barang antik terdapat di lantai 3 pasar
bagian timur. Di tempat itu, anda bisa mendapati mesin ketik
tua, helm buatan tahun 60-an yang bagian depannya memiliki
mika sebatas hidung dan sebagainya. Di lantai itu pula, anda
dapat memburu barang bekas berkualitas bila mau. Berbagai
macam barang bekas impor seperti sepatu, tas, bahkan
pakaian dijual dengan harga yang jauh lebih murah daripada
harga aslinya dengan kualitas yang masih baik. Tentu butuh
kejelian dalam memilih.
Puas berkeliling di bagian dalam pasar, tiba saatnya untuk
menjelajahi daerah sekitar pasar dengan tawarannya yang
tak kalah menarik. Kawasan Lor Pasar yang dahulu dikenal
dengan Kampung Pecinan adalah wilayah yang paling terkenal.
Anda bisa mencari kaset-kaset oldies dari musisi tahun 50-
an yang jarang ditemui di tempat lain dengan harga paling
mahal Rp 50.000,00. Selain itu, terdapat juga kerajinan
logam berupa patung Budha dalam berbagai posisi seharga Rp
250.000,00. Bagi pengoleksi uang lama, tempat ini juga
menjual uang lama dari berbagai negara, bahkan yang digunakan
tahun 30-an.
Jika haus, meminum es cendol khas Yogyakarta adalah adalah
pilihan jitu. Es cendol Yogyakarta memiliki citarasa yang lebih
kaya dari es cendol Banjarnegara dan Bandung. Isinya tidak
hanya cendol, tetapi juga cam cau (semacam agar-agar yang
terbuat dari daun cam cau) dan cendol putih yang terbuat dari
tepung beras. Minuman lain yang tersedia adalah es kelapa
muda dengan sirup gula jawa dan jamu seperti kunyit asam
dan beras kencur. Harga minuman pun tak mahal, hanya sekitar
Rp. 1000 sampai Rp. 2000.

Meski pasar resmi tutup pukul 17.00 WIB, tetapi dinamika
pedagang tidak berhenti pada jam itu. Bagian depan pasar
masih menawarkan berbagai macam panganan khas. Martabak
dengan berbagai isinya, terang bulan yang legit bercampur
coklat dan kacang, serta klepon isi gula jawa yang lezat bisa
dibeli setiap sorenya. Sekitar pukul 18.00 WIB hingga lewat
tengah malam, biasanya terdapat penjual gudeg di depan
pasar yang juga menawarkan kikil dan varian oseng-oseng.
Sambil makan, anda bisa mendengarkan musik tradisional
Jawa yang diputar atau bercakap dengan penjual yang
biasanya menyapa dengan akrab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar